ABSTRAK: Pada
percobaan kesetimbangan fasa cair-cair dan cair-uap, praktikan melakukan
pengukuran indeks bias terhadap pelarut murni dan campuran metanol dan etanol
dengan menggunakan refraktometer. Dari data tersebut, praktikan dapat membuat
kurva hubungan antara indeks bias terhadap komposisi. Berdasarkan kurva
tersebut, menunjukkan bahwa fraksi mol metanol berbanding terbalik dengan
indeks biasnya. Pada destilasi campuran biner, praktikan melakukan destilasi
untuk memperoleh destilat dari campuran pelarut methanol dan ethanol dengan perbandingan
20:6. Dengan memanaskan campuran pelarut tersebut, maka komponennya akan
mengalami penguapan kemudian mengalami kondensasi dan menghasilkan destilat.
Mengukur indeks bias dari destilat. Praktikan memperoleh kurva hubungan
antara titik didih dengan indeks bias dan titik didih dengan volatilifitas
relatif (YA). Berdasarkan kurva tersebut menunjukkan bahwa
temperature berbanding lurus dengan
indeks bias dan volatilitas relatif.
I. PENDAHULUAN
Suatu proses pemisahan komponen satu dengan komponen
lainnya dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih antara
komponen-komponen yang akan dipisahkan disebut dengan destilasi. Pada keadaan
setimbang, komposisi cairan dan komposisi uap berbeda. Pada fasa uap akan
mengandung lebih banyak komponen yang
volatil atau mudah menguap daripada fasa cair. Pada proses distilasi, cairan
akan teruapkan dan mengalami kondensasi lalu menghasilkan destilat. komponen dengan titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu. Diagram fasa adalah suatu grafik yang dibuat untuk
merepresentasikan tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu komponen atau material
pada variasi temperatur, tekanan dan komposisi. Komposisi
kesetimbangan antara uap-cair ditunjukkan dalam diagram fasa seperti Gambar 1.1
Gambar
1.1 diagram fasa cair-uap
Apabila larutan komponen A dan komponen B dengan fraksi mol
masing-masing adalah xA dan xB berada dalam keserimbangan
dengan fasa gasnya, maka tekanan uap masing-masing komponen berbanding lurus
dengan fraksi mol dalam larutan. Tekanan uap parsial dari campuran yang
merupakan larutan ideal dapat dihubungkan dengan Hukum Raoult sebagai berikut :
pA=xA.p*A pB=xB.p*B
dimana pA adalah tekanan parsial komponen A, pB
adalah tekanan parsial komponen B, p*A adalah tekanan uap murni
komponen A dan p*B tekanan uap murni komponen B. Sehingga tekanan
uap total p adalah
p = pA
+ pB = xAp*A + xBp*B
= p*B + (p*A − p*B)xA (Atkins, 2006).
Hubungan antara perubahan tekanan uap dan temperatur dapat
dijelaskan dengan persamaan Clausius-Clapeyron :
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat kurva kalibrasi
indeks bias terhadap komposisi dan kurva kesetimbangan antara uap dan cairan.
II.
METODOLOGI
II.1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah 1 set
destilator sederhana, 1 set refraktometer, 2 buah gelas kimia 250 ml, 2 buah
pipet ukur 2,10 ml, 12 buah tabung reaksi, 1 buah rak tabung reaksi, dan kertas
saring. Bahan yang digunakan adalah metanol, etanol, aquades, dan aseton.
II.2. Prosedur
Percobaan yang dilakukan yaitu kalibrasi
komposisi melalui penentuan indeks bias dan destilasi campuran biner. Langkah
pertama yang dilakukan pada percobaan kalibrasi melalui penentuan indeks bias
yaitu praktikan menyiapkan peralatan yang digunakan yaitu 7 tabung reaksi, rak
tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes dan rekfratometer. Kemudian mengisi 7
tabung reaksi dengan campuran pelarut metanol-etanol dengan komposisi sebagai
berikut.
Lalu
menghitung fraksi mol setiap komponen dari masing-masing campuran yang telah
dibuat. Selanjutnya mengukur indeks bias dari setiap campuran pelarut dengan
refraktometer. Lalu mengukur indeks bias dari aquades dengan menggunakan
refraktometer. Cara mengukur indeks bias dari setiap pelarut murni dan campuran
pelarut yaitu meneteskan pelarut sebanyak 1 tetes pada tempat sampel. Lalu
menutup tempat sampel dan mengukur indeks biasnya. Setelah itu praktikan mencatat hasil indeks biasnya.
Selanjutnya dari data tersebut, praktikan membuat kurva hubungan antara indeks
bias sebagai fungsi komposisi terhadap komponen.
Untuk percobaan destilasi campuran
biner langkah yang dilakukan yaitu, pertama menyiapkan rangkaian alat destilasi
sederhana. Kemudian menyiapkan campuran larutan
methanol dan etanol dengan perbandingan kompisisi sebesar 20:6. Memasukan
campuran larutan tersebut ke dalam labu alas bulat. Menyalakan penanagas air
dan mengecek temperatur awal larutan. Menuggu hingga titik didih tercapai dan
destilat terbentuk. Lalu menampung setiap 2 mL destilat pada gelas ukur 10 mL dan mencatat perubahan suhunya. Mencatat perubahan temperature sebanyak 6 kali. Mengukur indeks bias dari
destilat yang di dapat. Kemudian mencatat nilai indeks bias dari tiap-tiap
destilat. Kemudian membuat kurva indeks bias terhadap kompossisi campuran.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan kalibrasi komposisi melalui penentuan indeks bias diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 3.1 fraksi mol dan indeks bias campuran larutan metanol dan etanol
Fraksi mol pelarut murni metanol lebih besar daripada fraksi mol
campuran metanol-etanol. Fraksi mol campuran metanol-etanol dengan komposisi
metanol lebih besar daripada etanol lebih besar daripada fraksi mol campuran
dengan komposisi etanol yang lebih besar.Dari data diatas dapat dibuat hubungan antara indeks bias dengan
komposisinya sebagai berikut:
Gambar 3.1 Kurva hubungan antara indeks bias campuran metanol etanol
terhadap komposisi
Dari kurva tersebut diperoleh persamaan garis linier, yaitu
-0,029x+1,355. Berdasarkan kurva indeks bias di atas menunjukkan bahwa semakin
besar fraksi molnya maka harga indeks biasnya semakin menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa indeks bias berbanding terbalik dengan fraksi mol.
Dari hasil percobaan destilasi campuran biner diperoleh data sebagai
berikut:
Dari percobaan ini, praktikan
memperoleh data tentang titik didih, indeks bias, dan fraksi mol pada tiap komposisi.
Pada saat suhu awal larutan, yaitu 27⁰C sampai dengan 68⁰C mengalami kenaikan indeks bias dari 1.3288
sampai dengan 1.3376. kenaikan indeks bias berbanding lurus dengan penurunan
fraksi mol methanol dari 1.000 sampai dengan 0.419. penyebabnya adalah sifat
methanol lebih volatile atau lebih mudah menguap dari pada etanol, berdasarkan titik
didih dari metil murni (64,7⁰C) yang lebih kecil dari pada titik didih dari etil
murni(78⁰C).
kemudian indeks bias mengalami penurunan secara drastis dari suhu 68⁰C hingga 81⁰C dan indeks bias kembali mengalami kenaikan
dari suhu 81⁰C sampai 88⁰C.
Praktikan memperoleh kurva hubungan antara
titik didih dengan indeks bias dan titik didih dengan volatilifitas relatif (YA).
Kurva tidak sesuai dengan teori yang seharusnya kenaikan suhu menyebabkan
penurunan fraksi mol dari methanol, hal ini terjadi karena terjadi kesalahan
praktikan dalam melakukan destilasi.
IV.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kurva hubungan indeks bias dengan
komponennya dibuat dari data fraksi mol dan indeks bias. Semakin besar harga
fraksi molnya maka indeks biasnya semakin kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa
fraksimol berbanding terbalik dengan indeks bias. Secara teori kurva
tersebut sesuai.
Kurva hubungan antara titik didih dengan
indeks bias dan titik didih dengan volatilifitas relatif (YA). Kurva
tidak sesuai dengan teori yang seharusnya kenaikan suhu menyebabkan penurunan
fraksi mol dari methanol, hal ini terjadi karena terjadi kesalahan praktikan
dalam melakukan destilasi.
V.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Atkins, Peter., Paula, J. 2006. Physical Chemistry, Eight Edition.
Oxford University Press. New York
[2] Castellan, G.W.
1983. Physical Chemistry, Third
Edition. Addison-Wesley Publishing Company. Canada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar