ABSTRAK: Percobaan
ini dilakukan untuk menentukan harga air kalorimeter, menentukan kalor
penetralan, menentukan kalor pembentukan, menentukan kalor pelarutan, serta menentukan kalor pelarutan
dan Ksp. Nilai air kalorimeter dibutuhkan untuk menghitung kalor reaksi. Kalor
reaksi ditentukan menggunakan kalorimeter adiabat. Dalam kalorimeter terjadi
perubahan temperatur karena pembebasan atau penyerapan kalor reaksi oleh
sistem. Harga air kalorimeter dapat diperoleh dengan cara yaitu pada air yang
telah ada dalam kalorimeter ditambahkan air dengan temperatur berbeda dimana
temperatur air yang ada dalam kalorimeter lebih tinggi, dengan harga kapasitas
kalor dan temperatur air baik yang
berada dalam kalorimeter maupun yang dituangkan dan temperatur setelah
pencampuran dapat dihitung harga nilai
air kalorimeter berdasarkan Asas Black. Koreksi temperatur dapat dilakukan
dengan cara mengukur temperatur pereaksi secara bergantian.Dari percobaan yang
dilakukan diperoleh harga air kalorimeter, kalor penetralan, kalor pembentukan,
kalor pelarutan, serta Ksp.
I.
PENDAHULUAN
Termodinamika kimia dapat
didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan
bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan. Termodinamika kimia adalah termokimia, yang menangani pengukuran dan
penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukkan larutan. Terdapat dua metode termokimia eksperimen yaitu
kalorimeter pembakaran dan kalorimetri reaksi. Dalam metode pertama, suatu
unsur atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan energi atau kalor yang
dibebaskan dalam reaksi itu diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada perubahan
reaksi sesuai apa saja secara reaksi pembakaran. Metode terakhir ini lebih umum
digunakan dengan senyawa anorganik dan larutan-larutannya. Seperti direaksikan
untuk senyawa organik, kalorimetri pembakaran mencakup pemutusan lengkap
kerangka karbon, bila senyawaan itu terbakar dalam oksigen. Metode pembakaran
mempunyai penerapan yang sesuai dengan senyawa organik yang kurang reaktif
terhadap reagensia selain oksigen dan yang mengahasilkan lebih dari satu produk
organik dengan regensia lain. kalorimetri reaksi dapat digunakan dengan senyawa
yang mudah bereaksi dengan cukup cepat pada endapan sedang tanpa pertukaran
produk samping yang tak diinginkan. Banyaknya kalor yang dibebaskan atau
diserap diperoleh dengan menaruh suatu intesitas yang ditimbang dari
pereaksi-pereaksi dalam wadah, membiarkan reaksi bergabung, dan kemudian mencatat
perubahan temperatur dalam air disekitarnya. Dari beberapa bahan-bahan yang
(e.g: reaksi, kalorimeter), perubahan temperaturnya, kapisitas panas mereka,
maka banyaknya perubahan kalor selama reaksi dapat dihitung, (Castellan, 1983).
Penerapan hukum pertama
disebut hukum Hess yang menyatakan bahwa entalpi reaksi secara keseluruhan
adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan
bagian dari suatu reaksi. Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis
sebagai rangkaian dari banyak reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas
reaksi dari masing-masing tahap di atas, maka panas reaksi yang diinginkan
dapat dihitung dengan menambahkan atau mengurangi panas reaksi dari
masing-masing tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi
secara aljabar, disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas konstan, (Atkins,
1994).
II.
METODOLOGI
II.1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah 1 set
kalorimeter, 2 buah erlenmeyer 250 mL, 1 buah termometer skala 0,1⁰C, 1 buah termometer 100⁰C, 1 buah gelas ukur 250 mL, 2 buah gelas
kimia 250 mL, 1 buah gelas kimia 500 mL, 1 buah hot plate, 1 buah buret 50 mL,
10 buah tabung reaksi, 3 buah batang pengaduk gelas dan 2 buah penjepit tabung.
Bahan yang di gunakan adalah larutan NaOH 0,5
M ; HCl 0,5 M, larutan CuSO4 0,05 M ; NH4OH 0,05 M, kristal
CuSO4.5H2O, larutan Pb(NO3)2 0,075
M dan larutan KCl 1 M.
II.2. Prosedur
Pada
percobaan ini praktikan melakukan 5 percobaan yaitu menentukan harga air
kalorimeter, menentukan kalor penetralan, menentukan kalor pembentukan,
menentukan kalor pelarutan, serta menentukan kalor pelarutan dan Ksp. Pada
penentuan harga air kalorimeter, pertama praktikan menuangkan air sebanyak 200
mL dengan temperatur ± 550C ke dalam kalorimeter yang telah
dilengkapi dengan batang pengaduk, termometer 0,1 dan tutup. Kemudian menuangkan
200 mL air dingin ke dalam gelas kimia 250mL yang dilengkapi dengan termometer
1000C. Lalu mengamati dan mencatat temperatur air hangat pada menit
ke 1,3, 5, 7 dan 9, dan tempetatur air dingin pada menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10.
Kemudian memasukkan air dingin ke dalam kalorimeter yang berisi air hangat pada
menit ke 11. Lalu mengamati dan mencatat temperatur pada menit ke 12, 13, 14
dan menit berikutnya sampai menit ke 20. Selanjutnya dari data praktikan dapat menghitung harga air
kalorimeter sesuai Asas Black.
Pada penentuan kalor
penetralan, pertama praktikan menuangkan NaOH 0,5M sebanyak 200 mL ke dalam
kalorimeter yang telah dilengkapi dengan batang pengaduk, termometer 0,1 dan
tutup. Kemudian menuangkan 200 mL HCl 0,5M ke dalam gelas kimia 250mL yang
dilengkapi dengan termometer 1000C. Lalu mengamati dan mencatat
temperatur larutan NaOH 0,5M pada menit ke 1,3, 5, 7 dan 9, dan tempetatur HCl
0,5M pada menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10. Kemudian memasukkan larutan HCl tersebut
ke dalam kalorimeter yang berisi larutan NaOH pada menit ke 11 dan sambil
mengaduk campuran tersebut. Lalu mengamati dan mencatat temperatur pada menit
ke 12, 13, 14 dan menit berikutnya sampai menit ke 20. Selanjutnya dari
data praktikan dapat menghitung harga
kalor penetralan per mol.
Pada penentuan kalor
pembentukan, pertama praktikan menuangkan NH4OH 0,05M sebanyak 200 mL ke dalam
kalorimeter yang telah dilengkapi dengan batang pengaduk, termometer 0,1 dan
tutup. Kemudian menuangkan 200 mL larutan CuSO4 0,05M ke dalam gelas kimia
250mL yang dilengkapi dengan termometer 1000C. Lalu mengamati dan
mencatat temperatur larutan NH4OH 0,05M pada menit ke 1,3, 5, 7 dan 9, dan
tempetatur CuSO4 0,05M pada menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10. Kemudian memasukkan
larutan CuSO4 tersebut ke dalam kalorimeter yang berisi larutan NH4OH pada
menit ke 11 dan sambil mengaduk campuran tersebut. Lalu mengamati dan mencatat
temperatur pada menit ke 12, 13, 14 dan menit berikutnya sampai menit ke 20.
Selanjutnya dari data praktikan dapat
menghitung harga kalor pembentukan per mol.
Pada penentuan kalor
pelarutan, pertama praktikan menuangkan 400 mL air bersuhu ± 400C ke dalam kalorimeter yang telah dilengkapi
dengan batang pengaduk, termometer 0,1. Lalu memasukkan 10 gram kristal
CuSO4.5H2O ke dalam kalorimeter. Mengaduk dan mencatat temperaturnya.
Selanjutnya dari data, praktikan dapat
menghitung harga kalor pelarutan per mol.
Pada penentuan kalor pelarutan
dan Ksp, pertama praktikan memasukkan 15 mL Larutan Pb(NO3)2 0,75 M ke dalam 5 tabung reaksi. Kemudian
menambahkan larutan KCl 1 M pada tiap tabung reaksi tersebut dengan volume
masing- masing sebanyak 1ml, 2ml, 3ml dan 4ml.
Lalu mengamati dan mencatat apakah sudah terbentuk endapan atau belum. Selanjutnya
praktikan menambahkan 15 mL Larutan Pb(NO3)2 0,75 M ke dalam 5 tabung reaksi yang
lain. Kemudian menambahkan larutan KCl 1
M pada tiap tabung reaksi tersebut dengan volume masing- masing sebanyak 1,5
ml, 2ml, 2,5ml, 3ml, dan 3,5ml. Lalu memasukkan
masing- masing larutan tersebut ke dalam penangas beaker. Selanjutnya,
praktikan mengamati dan mencatat temperatur ketika endapan tepat larut. Dari data
tersebut, praktikan dapat menghitung
harga kalor pelarutan per mol dan Ksp.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan praktikum kali ini di dapat data sebagai
berikut :
Tabel Kalor Harga Air Kalorimeter
panas
|
dingin
|
campuran
|
|||
t(menit)
|
T(oC)
|
t(menit)
|
T(oC)
|
t(menit)
|
T(oC)
|
1
|
55
|
2
|
26
|
12
|
42
|
3
|
55
|
4
|
26
|
13
|
42.1
|
5
|
55
|
6
|
26
|
14
|
42.1
|
7
|
55
|
8
|
26
|
15
|
42.1
|
9
|
55
|
10
|
26
|
Dari hasil yang di peroleh
suhu pereaksi 1 berupa larutan air panas bersuhu 550C dari menit ke
1, 3,5,7,9 membuktikan suhu pereaksinya adalah 550C. Kemudian untuk
pereaksi ke dua, yaitu air biasa bersuhu ruang memiliki suhu sebesar 260C
pada menit ke 2,4,6,8,10. Pada pencampuran pelarut 1 dan 2 pada menit ke 11,
suhu campurannya sebesar 42.10C, sehingga pada grafik penentuan
harga air kalorimeter antara temperatur pereaksi 1, pereaksi 2, dan campuran
mendapatkan garis linier , dimana suhu sebelum pencampuran pada pereaksi 1
mengalami reaksi eksoterm, karena suhu pada pereaksi 1 memiliki suhu yang
tinggi dinading pada pereaksi ke 2. Sedangkan suhu sebelum pencampuran pada
pereaksi ke 2 mengalami reaksi endoterm, karena suhu pada pereaksi 2 memiliki
suhu yang rendah dibandingkan dengan suhu pereaksi ke 1. Setelah pencampuran
antara pereaksi 1 dan 2, suhu campuran mengalami kesetimbangan, karena sesuai dengan
hukum asas black yang menyatakan bahwa kalor yang dilepas sama dengan kalor
yang diterima.
Setelah melakukan praktikum kali ini di dapat data sebagai
berikut :
Tabel Kalor Penetralan
NaOH 0.5 N
|
HCl 0,5 N
|
Campuran
|
|||
T
|
T(oC)
|
t
|
T(oC)
|
t
|
T(oC)
|
1
|
26
|
2
|
26.0
|
12
|
28.7
|
3
|
26
|
4
|
26.0
|
13
|
28.7
|
5
|
26
|
6
|
26.0
|
14
|
28.7
|
7
|
26
|
8
|
26.0
|
15
|
28.7
|
9
|
26
|
10
|
26.0
|
Dari data di atas dapat membuat kurva sebagai berikut :
Dari hasil yang di peroleh suhu pereaksi 1
berupa larutan NaOH dari menit ke 1, 3,5,7,9 membuktikan suhu pereaksinya
adalah 26 0C. Kemudian untuk pereaksi ke dua, yaitu HCl memiliki
suhu sebesar 260C pada menit ke 2,4,6,8,10. Pada pencampuran pelarut
1 dan 2 pada menit ke 11, suhu campurannya sebesar 28.70C, sehingga
pada grafik penentuan kalor penetralan antara temperatur pereaksi dan campuran
mendapatkan garis linier , dimana suhu sebelum pencampuran dan setelah
pencampuran mengalami kenaikan, karena reaksi yang terjadi adalah reaksi
eksoterm.
Setelah melakukan praktikum kali ini di dapat data sebagai
berikut :
Tabel Kalor Pembentukan
NH4OH 0.5 N
|
CuSO4 O,5 N
|
Campuran
|
|||
t
|
T(oC)
|
t
|
T(oC)
|
t
|
T(oC)
|
1
|
29,5
|
2
|
25,5
|
12
|
28,5
|
3
|
29,5
|
4
|
25,5
|
13
|
28,5
|
5
|
29,5
|
6
|
25,5
|
14
|
28,5
|
7
|
29,5
|
8
|
25,5
|
15
|
28,5
|
9
|
29,5
|
10
|
25,5
|
Temperatur larutan NH4OH sebelum dicampurkan dengan CuSO4
adalah sebesar 29,50C. Hal ini terjadi karena larutan NH4OH bersifat
eksoterm atau menghasilkan energi panas.
Sedangkan temperatur larutan CuSO4 sebelum dicampurkan dengan larutan
NH4OH adalah sebesar 25,50C. Larutan CuSO4 bersifat endoterm atau
menyerap energi panas. Setelah dilakukan pencampuran kedua larutan di dalam
kalorimeter, didapat temperatur di dalam kalorimeter adalah sebesar 28,50C.
Kesetimbangan temperatur terjadi ketika temperatur larutan yang lebih tinggi
bercampur dengan temperatur larutan yang lebih rendah.
Pada penetntuan kalor
pelarutan temperatur awal air dengan volume 400 ml yang telah melalui
pemanasan menggunakan hot plate adalah
sebesar 400C. Setelah menambahkan kristal CuSO4.5H2O ke dalam
kalorimeter yang berisi air bersuhu 400C, terjadi kenaikan temperatur sebesar 50C
sehingga temperaturnya menjadi 450C.
Penentuan Hasil Kali Kelarutan
z
|
Vol Pb(NO3)
|
Vol KCl
|
Suhu
pelarutan
|
[Pb2+]
|
[Cl-]
|
Ksp
|
ln Ksp
|
1/T
|
|
mL
|
mL
|
oC
|
K
|
M
|
M
|
K-1
|
|||
1
|
15
|
1,5
|
43
|
316
|
0,0682
|
0,0909
|
0,00127
|
-6,670
|
0,00316
|
2
|
15
|
2,0
|
45
|
318
|
0,0662
|
0,1176
|
0,00116
|
-6,760
|
0,00314
|
3
|
15
|
2,5
|
47
|
320
|
0,0643
|
0,1429
|
0,00106
|
-6,847
|
0,00313
|
4
|
15
|
3,0
|
48
|
321
|
0,0625
|
0,1667
|
0,00098
|
-6,931
|
0,00312
|
5
|
15
|
3,5
|
48
|
321
|
0,0608
|
0,1892
|
0,00090
|
-7,014
|
0,00312
|
Penambahan 1,5 ml hingga 3,5 ml KCl 1,0 M pada 10 ml
Pb(NO3)2 0,075 M terjadi peningkatan jumlah endapan. Endapan yang paling banyak
terbentuk pada penambahan 3,5 ml KCl 1,0 M. Setelah melakukan pemanasan,
endapan yang terlebih dahulu larut adalah endapan hasil penambahan 1,5 ml KCl
pada temperatur 430C. Bersamaan dengan larutan lainnya pada
penambahan 2,0 ml KCl, temperaturnya sebesar 450C, penambahan 2,5 ml
KCl sebesar 470C, penambahan 3,0 ml dan 3,5 ml KCl temperaturnya
sebesar 480C.
Kurva yang
diperoleh adalah kurva linier hubungan ln Ksp dengan 1/T. Persamaan garis
liniernya adalah y=6050,3x-25,8 dengan nilai regresi sebesar 0,9072.
Peningkatan temperatur mempengaruhi kelarutan suatu senyawa. Semakin tinggi
temperatur maka semakin mudah suatu senyawa untuk larut di dalam pelarut.
IV.
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan
bahwa harga air kalorimeter, melalui pencampuran antara air panas dan biasa,
dimana pereaksi 1 yaitu air panas memiliki temperatur yang tinggi sebesar 55oC karena terjadi reaksi eksoterm sedangkan pada
pereaksi 2 yaitu air biasa memiliki temperatur yang rendah sebesar 26oC
karena terjadi reaksi endoterm. Namun ketika pencampuran antara pereaksi 1 dan
2 mengalami kesetimbangan suhu sebesar 42,1oC karena berlakunya
hukum azas black pada campuran. Kemudian pada praktikum penentuan kalor
penetralan mendapatkan harga kalor penetralan, melalui pencampuran pereaksi 1
dan 2 dimana pereaksi 1 merupakan larutan NaOH dan pereaksi 2 larutan HCl,
dimana pereaksi 1 dan pereaksi 2 berada pada garis linear ketika suhu sebesar
26oC yang mengalami reaksi endoterm, sedangkan setelah pencampuran
temperature mengalami kenaikan karena terjadi reaksi eksoterm dimana
temperature mengalami kenaikan sebelum pencampuran dan setelah pencampuran
sebesar 28,7oC.
Pada penetuan kalor pelarutan,
pencampuran antara padatan atau kristal CuSO4 dengan air mengalami
kenaikan suhu dari 400C menjadi 450C, hal ini terjadi
karena reaksi antara CuSO4 dengan air merupakan reaksi eksoterm.
Larutan tersebut menghasilkan energi panas atau kalor.
Pada penentuan kalor pelarutan
dan Ksp, pencampuran antara Pb(NO3)2 dengan
KCl mengalami peningkatan endapan ketika penambahan KCl dari 1.5 mL sampai 3.5
mL. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan endapan berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah mol pada suatu senyawa. Selain itu, berdasarkan data yang kita
peroleh jumlah mol semakin banyak maka semakin tinggi pula temperatur yang
diperlukan untuk melarutkan endapan yang terjadi atau Ksp berbanding terbalik
dengan temperatur.
V.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Atkins, Peter., Paula, J. 2006. Physical Chemistry, Eight Edition.
Oxford University Press. New York
[2] Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry, Third Edition. Addison-Wesley
Publishing Company. Canada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar